Perkumpulan Seluruh Pendeta Indonesia (PSPI) mengecam keras aksi penghentian ibadah secara paksa dan provokatif yang dilakukan terhadap Gereja Kristen Kemah Daud (GKKD) pada Minggu, 19 Februari 2023, di Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa Kota Bandar Lampung.
Beredar luas video penghentian paksa ibadah tersebut di linimasa media sosial, dan kembali lagi toleransi di Indonesia tercoreng pasca peringatan keras Presiden Joko Widodo pada Januari 2023 dalam Rakornas Kepala Daerah Se Indonesia di sentul, yang mana Presiden menghimbau Kepala Daerah tegas dalam pelarangan pembangunan Rumah Ibadah dan kebebasan beribadah yang di jamin oleh Undang Undang Dasar negara Indonesia.
Seperti yang di sampaikan Ketua Umum PSPI, Pdt Handri di kantornya mengatakan, bahwa PSPI mengecam semua tindakan intoleransi, terlebih yang terjadi pada Minggu 19 Februari lalu di Gereja GKKD Rajabasa Bandarlampung.
“Padahal kita sudah mendapatkan penyegaran dari Presiden RI Bapak Joko Widodo saat Rakornas Kepala Daerah di Sentul, tapi apa yang terjadi, terulang kembali tindakan tidak terpuji dari oknum yang tak bertanggung jawab, dan kami dari PSPI tetap menganjurkan agar hal seperti ini di tindak karena telah melukai hati umat kristiani” tegas Pdt Handri menyikapi kejadian GKKD.
Pdt Handri menambahkan bahwasanya, penghentian jalannya peribadahan dengan paksa yang dilakukan terhadap Jemaat GKKD Bandar Lampung secara terang-terangan menimbulkan pertentangan dengan imbauan Presiden Jokowi, sekaligus mencederai amanat Konstitusi yang menjamin kebebasan beribadah dan beragama.
PSPI sangat mendukung peran tegas aparatur negara terhadap perilaku provokatif dan tidak bermartabat ini untuk segera di berikan sanksi melalui proses hukum, Apabila dirasa bahwa kelengkapan perijinan rumah ibadah tidak sesuai, hal ini tidak menjadikan alasan bahwa tindakan menghentikan paksa ibadah orang lain melalui cara provokatif boleh untuk dilakukan.
PSPI menghimbau negara melalaui aparaturnya segera dengan tegas melakukan Tindakan yang menaungi semua kepentingan, karena Tindakan seperti ini sudah berulang-ulang, dan semakin tidak terkontrol dan membiarkan intoleran tetap tumbuh kembang di Indonesia yang terkenal dengan moto tepo seliro nya
Comments